Senin, 16 Juli 2012

Virus Trojan DNS Changer




Hari Senin (9/7/2012) atau Selasa (10/7/2012), disinyalir ribuan pengguna komputer tidak bisa mengakses internet atau lebih dikenal sebagai kiamat internet. Kejadian ini diakibatkan oleh program jahat (malware) bernama DNS Changer.
Menurut FBI, jumlah komputer yang mungkin terinfeksi DNS Changer saat ini ada 277.000 di seluruh dunia. Jumlah ini sudah turun jika dibandingkan bulan April lalu, yang mencapai 360.000 komputer. FBI meyakini, ada sekitar 64.000 komputer asal Amerika yang masih terinfeksi DNS Changer.
Google dan Facebook telah memperingatkan penggunanya untuk mengantisipasi virus DNS Changer. Google menyediakan layanan khusus untuk mendeteksi DNS Changer di mesin pencari Google. Bahkan, Biro Investigasi Amerika Serikat (FBI) sampai turun tangan mengatasi program berbahaya itu secara online. Masih banyak orang yang tak peduli atau mungkin, tak menyadari bahwa komputernya telah terinfeksi DNS Changer.
Asal muasal DNS Changer
Program jahat DNS Changer berjalan di komputer bersistem operasi Windows dan Mac, dibuat oleh sekelompok penjahat cyber dari perusahaan Rove Digital, asal Estonia. DNS Changer adalah program jahat yang dapat mengubah konfigurasi Domain Name Server (DNS) pada komputer korban. Secara diam-diam, program jahat ini mampu mengerahkan DNS korban ke server DNS palsu milik Rove Digital. Seharusnya, alamat DNS setiap komputer diarahkan ke server DNS milik penyedia layanan internet (Internet Service Provider-ISP).
Pada 8 November 2011, FBI dan kepolisian Estonia berhasil menangkap penjahat cyber dari Rove Digital dan menyita server palsu mereka.

Internet mati pada 9 Juli 2012 (10 Juli 2012 untuk Indonesia)
FBI telah menyita server DNS palsu milik Rove Digital. Karena ini adalah server DNS palsu yang sarat akan tindak kejahtan cyber, penegak hukum Amerika Serikat memerintahkan FBI untuk mematikan server DNS palsu Rove Digital itu pada 9 Juli 2012 pukul 12.01 dini hari waktu Amerika Serikat. Jika server Rove Digital dimatikan, para korban akan kesulitan mengakses internet karena server DNS-nya (yang sebenarnya palsu itu) telah dimatikan.
Tanpa DNS, pengguna internet tidak bisa mengakses sebuah situs web dengan mengetik alamatnya, seperti google.com, facebook.com, atau twitter.com. Pengguna hanya bisa mengakses situs web dengan memasukkan nomor alamat Internet Protocol (IP). Sekedar catatan, nomor IP Facebook adalah: 69.171.234.21, Google: 74.125.235.17, dan Twitter: 199.59.149.230.
Pertanyaan selanjutnya, apakah Anda hafal nomor IP Facebook, Google, Twitter, dan semua situs web favorit Anda? Inilah tugas utama DNS, menerjemahkan nomor IP situs web menjadi alamat yang disusun dengan huruf dan diakhiri dengan domain (.com, .co.id, .net, dan sebagainya). Tentu Anda lebih mudah mengingat alamat google.com dan facebook.com, ketimbang harus mengingat nomor IP. Hal semacam ini akan membuat seseorang kesulitan mengakses internet, atau berpikir bahwa jaringan internetnya terputus.
Sejak akhir tahun 2011, perusahaan pengembang antivirus telah melakukan pembaruan agar software-nya dapat mendeteksi dan memusnahkan DNS Changer. Jika Anda termasuk korban DNS Changer, hubungilah penyedia layanan internet untuk mengatasi masalah tersebut.
Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring mengimbau pengguna internet di Indonesia tidak perlu panik terhadap isu ini. Sebaliknya Ia meminta pengguna internet tetap waspada dan mengecek peralatan komputer dan jaringan internet yang digunakan.
“Saya katakan itu adalah isu, dalam artian tidak benar akan terjadi kemacetan pasif jaringan internet di Indonesia, 9 Juli 2012 atau 10 Juli 2012,” ujar Tifatul dalam keterangan pers, Minggu (8/7/2012).
Tifatul membenarkan bahwa sekitar 4 tahun lalu pernah terjadi serangan bertubi-tubi dari virus Trojan asal Estonia tersebut. Hal itu mengundang perhatian Biro Investigasi Amerika Serikat (FBI) yang segera menyelidiki kejadian tersebut dan menciptakan antivirus baru. Menurut FBI, jumlah komputer yang mungkin terinfeksi DNS Changer saat ini ada 277.000 di seluruh dunia. Jumlah ini sudah turun jika dibandingkan bulan April lalu, yang mencapai 360.000 komputer. FBI meyakini, ada sekitar 64.000 komputer asal Amerika yang masih terinfeksi DNS Changer.
“FBI pernah merilis 25 negara yang berisiko tinggi terjangkit Trojan. Namun, Indonesia tidak termasuk dalam daftar tersebut. Kebanyakan berjangkit di negara-negara Eropa dan Amerika,” kata Tifatul.
Tifatul menambahkan, peneliti virus pernah meriset keberadaan virus tersebut di Indonesia dan hasilnya tidak ditemukan adanya perkembangan virus tersebut. “Tidak usah panik, namun harus tetap waspada. Scan dan bersihkan komputer masing-masing, jangan sembarang membuka kiriman link dari orang-orang tidak dikenal,” kata Tifatul. (Data&Foto:BerbagaiSumber) (SJ/Gurnita)

Trim's atas artikel ini !

0 komentar:

Posting Komentar